Jakarta, 6 April 2025 – Ancaman Perang Nuklir di tahun 2025 bukan lagi sekadar spekulasi. Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal, SH., MH., pakar hukum internasional dan Presiden Partai Oposisi Merdeka, memperingatkan bahwa eskalasi konflik global, terutama di kawasan Timur Tengah, tengah mengarah pada kemungkinan pecahnya perang berskala nuklir.
Dalam pernyataan resminya, Prof. Sutan menyoroti meningkatnya ketegangan akibat konflik yang melibatkan Israel dan Palestina, serta keterlibatan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Iran, Rusia, dan China. Ia menilai dinamika ini bukan sekadar perang konvensional, tetapi berpotensi berkembang menjadi perang politik, ekonomi, hingga kedaulatan, yang pada puncaknya bisa memicu konflik nuklir.
Pihak-pihak yang disebut oleh Prof. Sutan meliputi negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat dan sekutunya di NATO, yang dinilai terus menyokong Israel dalam konflik Palestina. Di sisi lain, negara-negara seperti Iran, China, Yaman, dan Rusia disebut sebagai pihak-pihak yang kini berada dalam tensi tinggi terhadap AS. Di dalam negeri, Prof. Sutan secara khusus menyerukan Presiden Republik Indonesia, Jenderal (Purn) Prabowo Subianto, agar bersikap lebih waspada dan tegas dalam menyikapi perkembangan global ini.
Peringatan ini datang pada awal April 2025 di tengah kekhawatiran global akan potensi konflik militer berskala besar. Situasi ini mengemuka seiring dengan meningkatnya pengiriman alat perang berat oleh Amerika Serikat ke kawasan Timur Tengah, serta langkah agresif ekonomi seperti peningkatan pajak (TEX) terhadap produk dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Menurut Prof. Sutan, Amerika tengah menghadapi tekanan ekonomi dalam negeri yang besar, dengan angka pengangguran yang meningkat dan industri yang melemah. Dukungan penuh terhadap Israel membutuhkan anggaran besar, sehingga Washington diduga berupaya menutup defisit itu dengan menekan negara lain melalui kebijakan perdagangan dan ekonomi yang tidak adil. Dampaknya dirasakan pula oleh Indonesia, yang menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja, penutupan pabrik, serta tekanan pajak tinggi dari mitra dagang internasional.
Untuk itu, Prof. Sutan menghimbau Presiden Prabowo agar segera memperkuat pertahanan nasional, meningkatkan ketahanan pangan dan energi, serta membangun kembali sektor-sektor produktif seperti pertanian, kelautan, dan UMKM. Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan pemuda dalam dialog nasional dan mendekatkan kembali jarak antara pemimpin dan rakyat.
“Presiden RI harus duduk bareng bersama para pemuda Indonesia. Persoalan besar yang ditanggung bangsa ini tidak bisa diselesaikan jika pemimpin dan rakyatnya berjauhan,” tegas Prof. Sutan.
Lebih lanjut, ia menyerukan kepada pemerintah untuk tidak lengah terhadap dinamika geopolitik global, serta memastikan Indonesia tidak terseret dalam konflik yang dapat merusak stabilitas nasional.
Statistik dan Data Tambahan:
IMF mencatat tingkat pengangguran Indonesia per April 2024 mencapai 5,2%, tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Filipina. Dibandingkan negara-negara tetangga seperti Thailand (1,1%) dan Singapura (1,9%), Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Sementara itu, banyak pabrik dan industri dalam negeri yang tutup sejak awal 2025, memperparah kondisi ekonomi masyarakat.
Narasumber:
Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal, SH., MH
Pakar Hukum Internasional & Presiden Partai Oposisi Merdeka
Kontak: 0811-8419-260