BERAU – Warga Kampung Bena Baru, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, tengah menghadapi ancaman serius akibat abrasi Sungai Kelay yang kian parah. Dalam beberapa tahun terakhir, abrasi disertai banjir telah menenggelamkan sejumlah rumah dan memaksa sebagian warga kehilangan tempat tinggal.
Kepala Kampung Bena Baru, Nyelung Jalin, mengungkapkan bahwa persoalan ini sudah berulang kali disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Berau, baik secara langsung maupun melalui forum Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat kecamatan. Namun, hingga kini ia menilai belum ada langkah nyata yang dilakukan.
“Kami sudah meminta sejak delapan tahun lalu agar dibangun siring atau pengaman tebing sungai. Setiap tahun, abrasi memakan lahan hingga lima meter. Kalau dibiarkan, beberapa tahun lagi Kampung Bena Baru bisa hilang,” ujar Nyelung Jalin.
Menurut warga, abrasi Sungai Kelay bukanlah masalah baru. Perubahan alur dan pelebaran badan sungai akibat kikisan air telah terjadi selama lebih dari 20 tahun. Kondisi ini semakin diperburuk oleh banjir besar beberapa waktu lalu yang menyebabkan sejumlah rumah ambruk ke sungai.
Data di lapangan menunjukkan, di RT 4 terdapat sembilan rumah terdampak langsung, sedangkan di RT 1 ada lima rumah yang kondisinya sudah terancam longsor. Warga khawatir, tanpa tindakan cepat, jumlah rumah yang hilang akan terus bertambah.
Abrasi biasanya terjadi setiap musim hujan, ketika debit air Sungai Kelay meningkat drastis. Arus deras menggerus tanah di tepi sungai, melemahkan fondasi rumah-rumah yang berdiri dekat bibir sungai.
“Saat banjir kemarin, dalam hitungan jam satu rumah bisa langsung roboh ke sungai,” kata seorang warga.
Pemerintah kampung menilai, solusi utama untuk menghentikan laju abrasi adalah pembangunan siring atau tanggul penahan. Namun, jika hal tersebut belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat, warga berharap pemerintah mempertimbangkan opsi relokasi ke lokasi yang lebih aman.
“Kalau siring tidak bisa dibangun segera, setidaknya kami direlokasi. Jangan dibiarkan sampai semua rumah hanyut,” tegas Nyelung Jalin.
Ia menambahkan, proposal dan usulan pembangunan sudah disampaikan setiap tahun, namun hingga kini belum ada hasil. Warga pun mulai merasa diabaikan.
“Kami tidak minta mewah, kami hanya ingin keselamatan keluarga dan kampung ini tetap ada,” ungkap salah seorang warga.
Ketua DPD Persatuan Dayak Kalimantan Timur (PDKT) Kabupaten Berau, Marjinus Ugin, bersama masyarakat Bena Baru mendesak pemerintah daerah untuk segera turun tangan. Ia meminta agar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait memprioritaskan penganggaran pembangunan infrastruktur pengaman tebing sungai maupun skema relokasi warga.
Menurutnya, tanpa langkah cepat, abrasi Sungai Kelay akan terus menggerus daratan, dan dalam waktu yang tidak lama, Kampung Bena Baru dikhawatirkan hanya akan tinggal nama.***
Tim DK – RED