Kebumem, Seminar bertema Pemberantasan Narkoba digelar di Studio Ciputat pada Senin, 10 November 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan. Kegiatan ini menghadirkan sejumlah tokoh nasional yang menegaskan bahwa ancaman narkoba kini menjadi musuh terbesar bangsa, khususnya bagi generasi muda Indonesia.
Dalam sambutannya, Staf Khusus Ketua Komisi I DPR RI, Assoc. Prof. Riyanto, yang mewakili Bpk. Drs. Utut Adianto, menyampaikan bahwa bentuk penjajahan masa kini tidak lagi berupa agresi militer, tetapi hadir dalam wujud bubuk, pil, dan cairan narkoba. Ia menegaskan bahwa pemerintah telah memusnahkan sekitar 215 ton narkoba dalam setahun terakhir, menunjukkan besarnya serangan terhadap anak bangsa.
Riyanto menegaskan tiga pesan utama Ketua Komisi I DPR RI: menuntut hukuman maksimal bagi bandar, memperkuat ketahanan keluarga sebagai benteng pertama, serta menyadarkan masyarakat bahwa narkoba merusak tulang punggung masa depan bangsa, terutama remaja usia 15–24 tahun. Ia mengajak masyarakat Kebumen untuk menjadi pahlawan masa kini melalui edukasi dini, sistem waspada lingkungan, dan tindakan cepat melapor jika menemukan indikasi penyalahgunaan narkoba.
Narasumber berikutnya, Bpk. Dr. Usman Kansong, memaparkan bahwa prevalensi penyalahgunaan narkoba Indonesia pada 2024 mencapai 1,73 persen, dengan target penurunan menjadi 1,7 persen pada 2025. Untuk mencapai target tersebut, ia menekankan pentingnya pencegahan, pemberantasan, dan rehabilitasi yang dijalankan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama masyarakat.
Menurut Usman, BNN telah mencetak lebih dari 20.500 penggiat P4GN, melatih kewirausahaan warga desa rawan narkoba, serta membantu petani Aceh beralih dari tanaman ganja ke komoditas legal. Ia menyebut komunikasi publik sebagai kunci keberhasilan, mulai dari pemberantasan hingga rehabilitasi pengguna.
Pembicara ketiga, Bpk. N. Dwi Alhadi, menyoroti data bahwa 3,6 juta warga Indonesia menjadi korban penyalahgunaan narkoba, termasuk 4,7 juta pelajar. Ia menjelaskan dampak narkoba pada fisik, sosial, dan psikis, serta menegaskan bahwa masyarakat memiliki hak dan tanggung jawab penuh untuk terlibat dalam upaya pencegahan.
Sesi tanya jawab mengungkap sejumlah isu penting, antara lain efektivitas sosialisasi, indikator keberhasilan jangka panjang pemberantasan narkoba, hingga tantangan kerja sama lintas negara dalam melacak bandar internasional. Para narasumber menegaskan bahwa pemutusan rantai permintaan, peningkatan komunikasi, dan penguatan koordinasi internasional menjadi kunci menekan peredaran narkoba.
Seminar ditutup dengan ajakan kepada seluruh warga Kebumen untuk meningkatkan kewaspadaan lingkungan, memperkuat ketahanan keluarga, serta menanamkan nilai iman, prestasi, dan pergaulan sehat sebagai benteng utama. Para narasumber menyepakati bahwa perang melawan narkoba adalah tugas seluruh elemen bangsa untuk menyelamatkan generasi masa depan Indonesia.***
Tim DK.















