Derapkalimantan.com – Eksklusif, Dayun, Riau – Skandal dahsyat mengguncang Gereja Bethel Indonesia (GBI)! GBI Gloria Dayun Riau, yang berafiliasi dengan GBI JPS Jakarta, dilanda konflik internal berdarah yang diduga kuat merupakan aksi makar struktural terencana! Sumber terpercaya menyebutkan, ambisi pribadi, intrik politik gereja, dan dugaan intervensi oknum petinggi GBI menjadi pemicu utama keretakan ini.
Investigasi mendalam awak media mengungkap, akar masalah bermula dari sejarah kelam jemaat Dayun yang merupakan pecahan dari sinode GPDI. Kekecewaan mendalam terhadap gembala lama, tudingan ketidakadilan yang membara, serta ambisi terpendam para tokoh kunci menjadi bahan bakar perpecahan. Nama Agustra mencuat sebagai aktor utama yang diduga menyebarkan fitnah keji untuk mempengaruhi jemaat.
Juni 2024 menjadi titik balik ketika kelompok Agustra diterima sebagai cabang GBI JPS Jakarta, dengan janji setia dan penyerahan diri. Namun, bak api dalam sekam, bara pemberontakan kembali menyala. Agustra dan kroninya diduga kembali menghasut, memfitnah, dan mengabaikan otoritas gembala yang sah.
Ambisi Tersembunyi Terbongkar!
Dalam pertemuan rahasia, Agustra dan istrinya secara terang-terangan mengungkapkan ambisi untuk menduduki jabatan strategis sebagai pendeta GBI. Namun, niat ini dicurigai bukan didasari panggilan pelayanan, melainkan hasrat pribadi untuk meraih kekuasaan dan pengaruh.
Puncaknya, pada April 2025, jemaat Dayun secara sepihak mendeklarasikan pengunduran diri! Setelah itu, teror mental mulai dilancarkan melalui pesan WhatsApp bernada “rohani” yang secara brutal menyerang pribadi gembala.
Dugaan Makar Struktural Mencuat!
Yang lebih mengejutkan, Ketua BPD GBI Riau diduga memberikan lampu hijau kepada jemaat Dayun untuk terus beribadah dan menggunakan nama GBI, meski telah keluar dari penggembalaan yang sah! Selain itu, Ketua Perwil diduga melontarkan pernyataan kontroversial kepada Agustra dan Hastli: “Untuk apa minta gembala dari Jakarta? Kenapa tidak dari sini saja?”. Hal ini memicu spekulasi liar tentang adanya makar terstruktur dan intervensi sistematis di tubuh GBI!
Ketua BPD GBI Riau juga dituding mengabaikan laporan gembala tentang konflik yang berkecamuk, dan justru menyalahkan sang gembala karena membawa masalah ini ke ranah hukum. Bahkan, pernyataan Ketua BPD yang menyebut gembala GBI Gloria Dayun “belum sah” karena hanya memiliki Surat Lapor Gereja (STL) semakin memperkuat dugaan keberpihakan BPD kepada jemaat Dayun.
GBI di Ujung Tanduk?
Konflik di GBI Gloria Dayun Riau adalah cerminan krisis kepemimpinan dan moral yang menggerogoti tubuh GBI. Dugaan makar struktural, intervensi, dan pengabaian terhadap otoritas gembala yang sah mengancam eksistensi gereja dan merusak citra GBI di mata publik.
Masa depan GBI Gloria Dayun Riau kini berada di ambang kehancuran. Jika konflik ini tidak diselesaikan secara adil dan transparan, bukan tidak mungkin gereja ini akan lenyap ditelan intrik. Pemulihan hanya mungkin terjadi jika semua pihak bersedia berintrospeksi, mengakui kesalahan, dan mengutamakan kepentingan gereja dan kemuliaan nama Tuhan.
Hingga berita ini diturunkan, awak media masih berupaya mendapatkan konfirmasi dari Ketua BPD GBI Riau, Pdt. Ekel Sithotang, namun belum mendapat respons. (Red/JS)















