Derap Kalimantan. Com | (14/09/2024), Mengenal lebih dekat sosok Madri Pani, Sebagian warga mengenalnya dengan nama Madri Pani, namun di keluarganya Dia memiliki panggilan Pay. Itu merupakan panggilan masa kecilnya. Masa kecil yang dihiasi kerja keras, mulai berjualan kue, es lilin, pengangkat kayu, hingga pramusaji.
Madri Pani lahir di Kampung Samburakat, Gunung Tabur pada 3 Maret 1972, terlahir bukan dari keluarga dengan ekonomi atas.
Atas Kerasnya kehidupan, tidak menyurutkan niatnya menempuh pendidikan. “Saya ya begini saja dari dulu. Tidak ada berubah sama sekali,” terangnya.
Saat kecil, sudah terlatih mandiri, Madri Pani harus rela kehilangan waktu bermain bersama teman-teman di SD 003 Samburakat, sebab sepulang sekolah dia harus berjualan kue yang ia dapat dari Halijah (Ijang) warga RT 2 Kampung Samburakat, untuk membantu orangtua, menyisihkan sebagian keuntungan penjualan untuk bekal sekolah.
Dari tahun 1986, dia lulus sekolah dasar dan melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Gunung Tabur. Terbiasa berjualan dari kecil, ia kembali meneruskannya dengan berjualan es lilin, kayu bakar, dan rotan. Ia mendapatkan hal tersebut dari seseorang bernama Asmaran.
“Yang terpenting bisa tetap bersekolah, membantu orangtua, sosok Madri Pani bukanlah orang berada,”
Beliau anak kedua dari delapan bersaudara ini tidak menenggelamkan mimpinya menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat lainnya. Setelah lulus SMP, Iapun pergi ke Tanjung Redeb, menumpang di rumah iparnya di Jalan Dr Soetomo, Kelurahan Bugis.
Di situ dia tentu tidak berleha-leha, di waktu subuh dia sudah bangun memasak air, mengisi aor panas ke termos, hingga pukul 06.45 Wita dia baru bergegas mandi menuju ke sekolahnya yakni di SMEA 1 Berau, sekarang SMKN 1 Berau, tidak sedikit orang berteman dengan yang Namanya Madri Pani, Ia memiliki banyak teman.
Mulai dari anak pejabat hingga orang biasa, perangainya yang hobi bergaul dan tidak pandang bulu dalam berteman, membuatnya dengan mudah mencari teman di Tanjung Redeb.
Ia bersyukur, sang ibu menyisihkan hasil penjualannya sejak SD dan SMP untuk tabungannya di masa depan. Sewaktu SMA, dengan dompet lusuh, ibunya membawanya ke pasar membeli seragam sekolah, sepatu, dan buku.
Sosok ibu yang membuat Madri Pani menolak untuk menyerah, dan menghapus kata tersebut dari kamus hidupnya.
Pada tanggal 24 Februari tahun 2011, Dia terjuan ke dunia politik untuk pertama kali menjabat sebagai Kepala Kampung Gurimbang. Tidak butuh waktu lama, inovasi, kerja keras, berhasil membawa dirinya menjadi 3 besar kepala kampung terbaik pada tahun 2012. Berselang dua tahun, dia kembali menyabet juara 1 kepala kampung terbaik di Berau, dan mewakili Berau, berlaga di Kaltim.
Di tengah minimnya akses pada saat itu, Madri berhasil membuktikan Gurimbang layak diperhitungkan, dari 8 ribu lebih kampung di Kaltim, nama Gurimbang muncul menjadi terbaik 1 dan mewakili Kaltim, tingkat nasional, hingga tahun 2015 dia berhadapan langsung dengan Presiden RI, Joko Widodo, setelah menyabet juara 1 kepala desa terbaik se-Indonesia. “Dari jamban menuju istana,” tambahnya.
Di balik kesuksesannya membawa Gurimbang menyabet peringkat satu tersebut, ada kisah sedih yang dia alami, dia membuat tekad dan egonya berkelahi hebat. Di satu sisi, kebiasaan masyarakat membuang air besar di sungai sudah menjadi kebiasaan, di sisi lain kondisi kesehatan warga yang fokus utamanya.
Perlahan namun pasti, Madri mulai duduk dengan warga, mulai “memaksa” warga untuk buang air besar di rumah, dan dijanjikan akan dibuatkan kamar mandi dengan dilengkapi kloset jongkok.
Tidak banyak yang tahu, ada satu balita yang meninggal dunia akibat difteri di kampung tersebut, ia membutuhkan waktu satu tahun menyadarkan warga. Hasil pemeriksaan kasat mata seorang Madri Pani, membuat ia berani menyatakan ‘perang’ terhadap warga yang masih buang air di sungai.
Kondisi pasang surut sungai, rumah panggung, menyebabkan kelembapan cukup tinggi, di bawah rumah warga kerap tergenang. Menimbulkan berbagai penyakit
Saya gagal menolong satu nyawa balita, itu yang membuat saya berani putuskan harus ada perubahan. Jika kebiasaan warga tidak diubah, saya harus kehilangan warga saya lagi,” ucapnya terisak.
Dengan gerak cepat, warga yang sudah dibangunkan kamar mandi, jamban atau lanting warga dirobohkan, bekerja sama dengan camat dan aparat keamanan. Lobi-lobi mulai dilakukan, perusaahan Berau Coal menjadi target utama, untuk menggelontorkan anggaran Coorporate Social Responsibility (CSR) guna membantu membangun kamar mandi.
Berau Coal sigap bergerak, melakukan perhitungan, sebanyak 40 kamar mandi dilengkapi dengan kloset berhasil dibangun. Perubahan perlahan dirasakan warga, yang sebelumnya warga harus keluar rumah untuk mandi, mencuci dan buang air, kini mulai terbiasa melakukan aktivitas tersebut di rumah masing-masing. Pembenahan tata kampung dilakukan, penanaman tanaman obat juga dilakukan serentak. Hingga pada tahun 2016 kampung tersebut didapuk menjadi pilot project kampung sehat dan maju.
“Kalau tidak berani, tidak usah memimpin, saya berani karena benar dan untuk perubahan,” ucapnya.
Masterplan pembangunan dibagikan dan ditempel olehnya, warga yang hendak membangun rumah wajib mengikuti masterplan tersebut. Terdengar otoriter, namun manfaatnya sangat dirasakan warga, penataan rapi pembangunan kini dinikmati oleh warga.
Ada dua program yang dijalankan, yakni jamban sehat dan pupuk kompos terbaik. Dan bekerja sama dengan PT Berau Coal. Menghidupkan lahan tidur, pemikiran seorang pemimpin yang cerdas dan sangat berdampak bagi masyarakat.
“Bagaimana lahan tidur bisa bermanfaat dan menghasilkan ekonomi bagi masyarakat berjuang mengajukan Beasiswa untuk anak sekolah SD/SMP dan berkolaborasi dengan PT Berau Coal,” itu sdh dilakukan saat menjabat kepala kampung.
Di periode kedua menjabat kepala kampung, ia merasa sudah tidak ada tantangan, 3 bulan menjabat kepala kampung, pada tahun 2018 ia memutuskan mengundurkan diri, dan dipinang oleh NasDem. Dengan membawa surat pengunduran diri, ia menghadap bupati Berau saat itu.
Ia yakin dan mantap untuk maju pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 lalu. Memasuki dunia politik, ia ditempatkan di daerah pemilihan (Dapil 4). Bersaing dengan orang lama di DPRD Berau, ia yang sosok baru awalnya diremehkan, terlebih latar belakangnya hanya seorang kepala kampung. Siapa yang kenal.
Usai pemilihan, suaranya luarbiasa, bisa tertinggi di dapil 4 yakni 2.700 suara dan berhasil mengantarkan dia duduk menjadi ketua DPRD Berau, periode 2019-2024.
“Rasa cinta terhadap kampung, tugas memperjuangkan hanya satu kampung, sudah dianggap tuntas, baik tata kelola keuangan hingga penataan desa, hingga kini sudah waktunya Madri Pani, SE harus buat perubahan untuk Berau,” tegasnya.
Pada pengalamannya, Ia bercerita Perjalanan menuju kursi DPRD tidaklah mudah, di awal masa kampanye dia harus terbaring sakit selama tiga bulan di rumah sakit bedah Surabaya. Gagal ginjal membuat ia harus merelakan masa kampanye dengan terbaring lemah. Ia hanya berkoordinasi melalui pesan singkat dengan para warga yang sudah mengenalnya. Berharap keajaiban tuhan, terus memanjatkan doa, dan meminta restu dari orangtuanya.
“Saya pasrah saat itu, hanya bisa berdoa ternyata Allah punya jalan sendiri, dan masyarakat memberikan saya amanah menjadi ketua DPRD,” katanya.
Madri Pani merupakan seseorang yang ramah dan rendah hati namun memiliki emosi yang suka meledak-ledak tidak takut apapun. Namun sikapnya itu hanya pada momen-momen tertentu saja.
Hal itu terlihat dari ramahnya dia menemui sejumlah warga yang sudah menunggunya di rumah dinasnya di Jalan Ramania. Kehadiran masyarakat di rumah dinas ketua DPRD itu bukan hal yang jarang terjadi semenjak dia menjabat. Madri selalu terbuka bagi warga yang ingin konsultasi atau minta bantuan, tidak pernah dipandang sebalah mata, dilayani bak raja.
Ada ruangan khusus sengaja dibuat khusus warga yang datang. Ruangan dengan lebar 4×5 meter tersebut sudah tersedia meja panjang, puluhan kursi, sebuah televisi LED besar, dan sebuah plakat bertuliskan, Selamat Datang Warga Ku. Ini rumah kita bersama.
Dia selalu dengan seksama mendengar keluh kesah warga yang datang, dia menganggap itu memang sudah menjadi tanggung jawabnya untuk melayani masyarakat, tidak harus selalu di kantor, tampil klimis, namun dengan berbaju kaos dan di rumah, warga jadi prioritas utamanya.
Dia hanya merasa malu jika masyarakat menganggap dirinya hanya datang, duduk, dan diam, tanpa berjuang untuk masyarakat. “Saya bekerja dan dipilih, digaji oleh rakyat, tentu berjuang untuk masyarakat,” ujarnya.
Hingga pada Pileg 2024-2029, Ia bersyukur dirinya kembali meraih suara terbanyak yakni 5.116 suara. Ia mengucapkan terima kasih atas kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. “Saya tegas, dan masyarakat tahu itu. Jika saya hanya bisa marah tanpa solusi, tidak mungkin suara bisa mendapatkan suara terbanyak.
Terlihat sudah Madri Pani sosok Pemimpin yang menggali berbagai solusi atas berbagai persoalan yang terjadi. Sedikit waktu lagi Madri Pani menjadi Bupati Berau, Memang perlu waktu dan kesabaran, minta dukungan dari Masyarakat Kabupaten Berau, agar menjadi Pemimpin Berau, bersiap mengabdi bagi masyarakat kabupaten Berau, mohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat kabupaten Berau. #Tahun 2024 Ganti Bupati..!
MENYALA ABANG KU…!
REDAKSI DK.