TANJUNG REDEB, – Derap Kalimantan | Persoalan pendistribusian yang dirasa kurang optimal disinyalir menjadi penyebab munculnya isu kelangkaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) bersubsidi ukuran 3 kilogram di sejumlah daerah kabupaten berau.
Sejumlah warga mengaku kebingungan dengan aturan warung kecil di larang menjual gas LPG 3 kilogram. Masyarakat hanya bisa membeli gas melon itu di penyalur resmi atau sub penyalur (pangkalan gas) dengan menunjukkan KTP dan KK.
Sunarti(32) warga jalan pemuda Kelurahan Tanjung Redeb, Kabupaten Berau itu mengatakan agak khawatir dengan imbas aturan itu.
“Kalau saya sih jujur ribet, Mas,” kata Sunarti saat di konfirmasi oleh media ini, Senin (16/7/24).
Menurutnya, dari ketersediaan gas dan juga jam operasional pangkalan. Dinilai tidak semua pangkalan buka hingga larut malam.
“Kalau pas malam gas habis dan kita lagi butuh banget, gimana?” kata ibu 4 anak ini.
Terlebih, pangkalan gas yang dekat dengan kediamannya berjarak cukup jauh, dan hal ini dipastikan menyusahkan jika gas habis ketika suaminya sedang bekerja.
“Yang jelas pangkalan jauh, kita hanya mengandalkan warung (pengecer) kalau semisal sedang butuh malam, mau cari ke pangkalan mana yang buka kan bikin ribet. Atau pas siang suami saya lagi kerja,” kata Sunarti
Sunarti berpendapat jika kondisi sekarang tetap dipertahankan. Karena warung kecil pun biasanya hanya menjual ke konsumen yang merupakan warga sekitar saja.
“Mending seperti biasa aja, biar enggak bikin bingung masyarakat. Tau sendiri, pilih enggak dapet gas atau suami dan anak tidak di masakkan
Pendapat senada juga dikatakan Novian Sandi(40) warga gang Bhayangkara di jalan Murjani Tiga, Kelurahan Tanjung Redeb, yang mengaku lokasi pangkalan gas dengan komplek perumahannya cukup jauh.
“Paling dekat yang jual gas ya warung kecil itu saja, sering itu saya kehabisan pas malam, warung masih buka. Pangkalan yang terdekat jam 5 sore udah tutup,” kata Sandi sapa’an akrabnya.
Jika pun terpaksa harus membeli di pangkalan, sering kali stok sudah habis saat dia mendatangi pangkalan itu.
“Posisi pangkalan sama rumah saya agak jauh, lebih dekat warung kecil biasa kalau dari rumah, masalahnya di pangkalan juga sering kosong stok,” tutur Sandi.
(Rudi H)