JAKARTA – Kebakaran hutan dan lahan kembali menjadi perhatian serius setelah bencana besar melanda Los Angeles (LA), Amerika Serikat. Kota dengan populasi 3,8 juta jiwa dan luas 121.385 km² itu dilanda kebakaran yang melahap hingga 36.000 hektare lahan. Peristiwa ini menyebabkan sekitar 200.000 penduduk harus mengungsi, keamanan terganggu akibat penjarahan, serta memicu risiko kelaparan dan peningkatan kriminalitas.
Melihat dampak kerugian yang mencapai USD 150 miliar atau sekitar Rp 2.430 triliun, akademisi sekaligus tokoh masyarakat, Prof. Dr. KH Sutan Nasomal SH, MH, menghimbau Presiden RI Jenderal H. Prabowo Subianto untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman serupa di Indonesia.
Evaluasi Kebijakan 10 Tahun Terakhir
Dalam pernyataannya, Prof. Sutan meminta pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan terkait kebakaran hutan dalam satu dekade terakhir. Menurutnya, Indonesia memiliki banyak wilayah yang rawan kebakaran, seperti hutan gambut di Sumatera, Kalimantan, dan Papua, serta savana di NTB dan NTT. Wilayah-wilayah ini rentan terbakar akibat kondisi yang kering serta minimnya akses terhadap sumber air.
“Kebakaran yang meluas akan memiskinkan masyarakat dan menimbulkan kerugian besar bagi negara,” tegasnya.
Ketegasan Aparat dan Pengelolaan Lingkungan
Prof. Sutan juga menyoroti pentingnya peran Polri dan TNI dalam menjaga keamanan hutan dan mengelola sumber daya alam. Ia mendesak pemerintah pusat untuk mengambil langkah tegas dalam memberantas illegal logging dan memastikan bahwa perkebunan sawit dikelola dengan baik, terutama terkait ketersediaan air.
“Gambut yang kering sangat mudah terbakar. Tanggung jawab penuh harus ada pada Polri dan TNI di wilayah kerjanya untuk mencegah kebakaran hutan,” tambahnya.
Teknologi dan Intelijen Harus Ditingkatkan
Selain itu, ia menyerukan agar Indonesia segera mengadopsi teknologi modern untuk mendeteksi dan menangani kebakaran hutan secara lebih dini. Menurutnya, intelijen negara juga harus memainkan peran aktif dalam memantau potensi bencana.
“Ketahanan keamanan negara harus diperkuat. Intelijen harus lebih tanggap untuk mencegah bencana yang dapat memicu krisis nasional,” ujarnya.
Pembelajaran dari Bencana LA
Prof. Sutan menekankan bahwa peristiwa kebakaran di LA adalah pelajaran penting bagi Indonesia. Ia mengingatkan bahwa jika tidak ditangani dengan serius, bencana serupa dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar di masa depan.
“Indonesia harus cakap dan tanggap dalam menangani bencana alam. Pemerintah pusat harus menjadikan ini sebagai prioritas untuk melindungi 270 juta lebih rakyat Indonesia dari ancaman krisis dan kemiskinan akibat bencana,” pungkasnya. (*).
Prof Sutan.