Berau, Kalimantan Timur – 25 April 2025,
Warga Kecamatan Teluk Bayur, Kabupaten Berau, menyuarakan keprihatinan atas kondisi sejumlah objek wisata sejarah yang kini terabaikan dan nyaris terlupakan. Mereka mendesak pemerintah daerah untuk segera bertindak menyelamatkan aset-aset budaya yang memiliki nilai historis tinggi dan potensi wisata besar.
Salah satu ikon sejarah yang menjadi sorotan utama adalah Terowongan Teluk Bayur, peninggalan kolonial Belanda yang pernah ada menurut keterangan warga setempat mengatakan sekitar tahun 1912.
Terowongan ini dulunya digunakan sebagai jalur transportasi batu bara dan menyimpan kisah panjang tentang masa perjuangan serta perkembangan ekonomi Berau.
Sayangnya, terowongan bersejarah tersebut kini dalam kondisi rusak dan tidak terawat. Tidak adanya upaya pelestarian membuat situs ini kian terlupakan, padahal jika dikelola dengan baik, bisa menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik.
Selain terowongan, Hutan Kota Teluk Bayur juga mengalami penurunan fungsi yang signifikan. Hutan yang dulu menjadi paru-paru kota dan ruang publik warga kini berubah menjadi kawasan gersang, ditinggalkan, dan nyaris kehilangan fungsinya sebagai tempat rekreasi dan edukasi lingkungan.
Kekhawatiran warga tidak berhenti di situ. Beberapa situs bersejarah lainnya seperti Museum Batu Bara, gedung bioskop lama atau menurut keterangan lagi bahwa gedung tersebut pernah tempat tahanan setelah indonesia merdeka, selanjutnya lapangan Stenkolen, yang dinilai perlu terus dikelola tanpa pengelolaan dan perhatian dari pemerintah.
Makam Belanda, misalnya, merupakan salah satu peninggalan yang menjadi saksi bisu kehadiran kolonialisme di wilayah Berau. Namun kini, sebagian makam telah rusak dan tidak dirawat, sehingga mengikis nilai sejarah yang dikandungnya.
Warga menilai kondisi ini sangat memprihatinkan dan berpotensi menghilangkan identitas sejarah daerah. Mereka khawatir generasi muda tidak lagi memiliki keterhubungan dengan akar sejarah dan perjuangan masa lalu Berau.
Desakan agar pemerintah segera turun tangan pun menguat. Warga berharap pelestarian warisan sejarah dijadikan bagian dari prioritas pembangunan daerah, termasuk dalam program 100 hari kerja Bupati dan jajarannya.
Menurut warga, pengelolaan situs sejarah dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru melalui sektor pariwisata edukatif dan ekonomi kreatif. “Peninggalan ini seharusnya jadi daya tarik, bukan dibiarkan rusak begitu saja,” ujar salah satu warga Teluk Bayur.
Langkah awal yang diusulkan masyarakat antara lain adalah melakukan inventarisasi ulang terhadap seluruh situs sejarah, membentuk tim khusus pelestarian, serta menggalakkan promosi wisata sejarah melalui berbagai kanal digital dan kegiatan budaya.
Warga juga mendorong adanya sinergi antara pemerintah, pelaku wisata, komunitas pecinta sejarah, dan masyarakat lokal guna memastikan keberlangsungan upaya pelestarian secara berkelanjutan.
Jika dikelola dengan profesional dan penuh komitmen, Teluk Bayur berpeluang besar menjadi destinasi wisata sejarah unggulan di Kalimantan Timur. Pemerintah daerah kini ditantang untuk menunjukkan langkah nyata dalam merawat warisan budaya sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah dan perjuangan masa lalu. (**).
Jurnalis:Marihot